
Ketua Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM, mengungkapkan bahwa gejala pneumonia berbeda dengan flu dan pada kasus berat, penyakit bisa menyebar ke organ tubuh lain.
Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Rabu, Sukamto menjelaskan bahwa pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan virus atau bakteri, salah satu penyebab yang umum adalah bakteri Streptococcus pneumoniae.
Pada flu, gejala seringkali bisa menular secara cepat bahkan ketika gejala berat belum muncul.
“Kita ingat COVID-19, kita ingat flu, influenza. Itu bahkan pada saat kita baru bergejala belum sampai batuk pilek yang hebat baru bersin-bersin itu sudah cepat sekali menularkan,” kata Sukamto.
Sementara pneumonia membutuhkan pemeriksaan yang lanjut untuk mengetahui gejala lainnya. Pasien pneumonia juga biasanya mengalami demam tinggi secara tiba-tiba pada sore hingga malam hari, namun, mereda pada keesokan pagi.
Gangguan pneumonia berat juga menurutnya dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain seperti infeksi telinga, otak hingga ginjal.
Sukamto mengimbau masyarakat untuk melakukan vaksinasi untuk mencegah pneumonia. Vaksin pneumokokus dapat berupa jenis konjugat untuk orang dewasa usia 18 tahun ke atas dan vaksin pneumokokus polisakarida untuk orang dewasa mulai usia 50 tahun.
Di Indonesia juga telah beredar jenis vaksin terbaru pneumokokus konjugat PCV-20.
Penasihat Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI serta guru besar bidang ilmu penyakit dalam khususnya alergi dan imunologi FKUI Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi Sp.PD, K-AI, FINASIM, mengatakan bahwa vaksinasi pneumonia memiliki efek pasca penyuntikan yang bersifat lokal dan sistemik.
Efek samping vaksin yang bersifat lokal terjadi pada area bekas suntikan, misalnya nyeri, kemerahan atau bengkak. Sementara efek yang bersifat sistemik antara lain ialah demam, yang akan hilang dalam dua-tiga hari.