Hampir 10 juta warga Indonesia yang masuk kategori kelas menengah jatuh miskin sejak 2019. Media asing pun menyoroti fenomena yang terjadi di Indonesia tersebut.
Salah satunya Al Jazeera melalui artikel bertajuk ‘We lost everything’: the Indonesians falling out of the middle class yang dirilis pada Jumat (15/11/2024). Menurut media tersebut, perekonomian Indonesia terus tumbuh stabil sejak berakhirnya pandemi, di mana pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahunan dilaporkan mencapai sekitar 5%.
“Namun seperti banyak negara berkembang lainnya, ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini sangat bergantung pada perdagangan, sehingga rentan terhadap perlambatan pertumbuhan global,” demikian laporan media tersebut.
Para ekonom awalnya mengaitkan penurunan tersebut dengan berbagai penyebab. Termasuk dampak lanjutan dari COVID-19 dan kesenjangan dalam jaring pengaman sosial Indonesia.
Laman itu mengutip Ega Kurnia Yazid, seorang spesialis kebijakan di Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang dikelola pemerintah. Ia mengatakan beberapa faktor yang saling terkait telah berkontribusi pada tren tersebut.
“Pertama, [kelas menengah Indonesia] terutama berkontribusi pada pendapatan pajak tetapi menerima bantuan sosial yang terbatas, yang sebagian besar disalurkan melalui mekanisme ketenagakerjaan formal seperti jaminan kerja dan asuransi kesehatan nasional,” kata Yazid.
“Sementara itu, bentuk bantuan lain, seperti transfer tunai dan subsidi energi, sering kali mengalami kesalahan inklusi dan tidak disalurkan secara efektif kepada kelompok ini,” tambahnya.
Lebih lanjut Yazid menyebut mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, China, dan Jepang mengalami kontraksi, seperti yang ditunjukkan oleh Indeks Manajer Pembelian (PMI). Ini menyebabkan berkurangnya permintaan internasional terhadap komoditas Indonesia.
“Hal ini menambah beban bagi kelas menengah,” tambahnya.
Laman itu juga mengutip peneliti lain, Adinova Fauri, seorang peneliti ekonomi di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS). Ia mengatakan kelas menengah Indonesia yang tertekan “mencerminkan masalah struktural yang lebih dalam, khususnya dampak deindustrialisasi di Indonesia”.
“Manufaktur, yang dulunya menyerap sebagian besar tenaga kerja, tidak lagi mampu melakukannya. Sebagian besar tenaga kerja telah beralih ke sektor jasa, yang sebagian besar bersifat informal dan menawarkan upah yang lebih rendah serta jaminan sosial yang minimal,” kata Fauri kepada Al Jazeera.
“Kondisi ketenagakerjaan dan produktivitas perlu ditingkatkan,” kutip laman itu lagi memuatnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menuturkan jumlah orang Indonesia yang tergolong kelas menengah turun dari 57,3 juta pada 2019 menjadi 47,8 juta tahun ini. Mereka yang tergolong dalam “calon kelas menengah” meningkat dari 128,85 juta menjadi 137,5 juta selama periode tersebut di mana kedua segmen tersebut secara bersama-sama membentuk sekitar dua pertiga dari 277 juta penduduk Indonesia.