
Anggrek hibrida baru bernama Paphiopedilum Memoria Jakob Oetama kini hadir di Kebun Raya Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, dan dapat dinikmati langsung oleh masyarakat.
General Manager Corporate Communication PT Mitra Natura Raya, Zaenal Arifin, selaku pengelola Kebun Raya Bogor dalam keterangannya, Selasa, menyatakan pihaknya merasa bangga menjadi rumah bagi anggrek penuh filosofi tersebut.
“Paphiopedilum Memoria Jakob Oetama bukan hanya cantik secara morfologi, tetapi juga menyimpan filosofi persatuan Nusantara,” ujarnya.
Ia menambahkan, keberadaan anggrek ini di Kebun Raya Bogor diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat luas untuk lebih mencintai kekayaan hayati Indonesia. Selain itu, koleksi baru ini juga memperkuat peran Kebun Raya sebagai pusat konservasi dan edukasi flora tropis.
Hadirnya anggrek Jakob Oetama di ruang publik dinilai penting agar masyarakat bisa mengenal sosok almarhum tidak hanya dari dunia jurnalistik, tetapi juga melalui simbol flora yang melambangkan persatuan bangsa. Kehadirannya di Kebun Raya Bogor diharapkan menjadi sumber inspirasi lintas generasi.
Kehadiran anggrek ini sekaligus menjadi penghormatan bagi almarhum Jakob Oetama, tokoh pers nasional dan perintis Kompas Gramedia.
Anggrek hibrida tersebut resmi tercatat dalam International Orchid Register milik Royal Horticultural Society (RHS) Inggris sejak 18 Februari 2025.
Pendaftaran dilakukan oleh Hadhiyyah Nur Cahyono, breeder anggrek asal Indonesia yang mulai mengembangkan persilangan ini sejak 2019.
RHS melalui Orchid Committee merupakan otoritas global dalam pencatatan hibrida anggrek. Dengan terdaftarnya nama Paphiopedilum Memoria Jakob Oetama, hibrida asal Indonesia itu kini diakui secara internasional dan tercatat dalam basis data resmi dunia anggrek.
Menurut Hadhiyyah, pemberian nama Jakob Oetama bukan sekadar untuk memperkenalkan hibrida baru, melainkan juga untuk memberi makna mendalam. Nama “Memoria” dipilih mengikuti tradisi dunia anggrek dalam mengenang tokoh-tokoh berpengaruh.
“Saya ingin hibrida ini tidak hanya indah secara bentuk, tetapi juga punya makna. Indukan betina dari Papua dan jantan dari Sumatera menyatukan timur dan barat Indonesia, sama seperti semangat Pak Jakob yang mempersatukan bangsa lewat karya jurnalistiknya,” kata Hadhiyyah.
Paphiopedilum Memoria Jakob Oetama merupakan hasil persilangan Paphiopedilum praestans dari Papua dan Paphiopedilum victoria-regina dari Sumatera. Kedua spesies endemik dari ujung timur dan barat Nusantara itu melahirkan silangan primer yang sarat makna persatuan.
Secara morfologi, hibrida ini menghasilkan bunga bertipe “slipper” dengan kantong penuh, sepal dorsal lebar bergaris dari indukan praestans, serta sifat multifloral dari victoria-regina yang memungkinkan tumbuh lebih dari satu kuntum per tangkai.
Dari sisi genetik, komposisinya terdiri atas 50 persen kelompok glanduliferum/praestans dan 50 persen chamberlainianum/victoria-regina. Perpaduan itu menjadikan hibrida ini unik sekaligus menambah deretan flora bernilai tinggi asal Indonesia yang mendapat pengakuan internasional.
Jakob Oetama sendiri dikenal sebagai jurnalis yang menekankan nilai kemanusiaan dan kebangsaan dalam pers Indonesia. Bersama P.K. Ojong, ia mendirikan Kompas Gramedia sejak 1963 melalui majalah Intisari, lalu melahirkan harian Kompas pada 1965 yang menjadi salah satu koran nasional berpengaruh.
Sepanjang hidupnya, Jakob memimpin Kompas Gramedia hingga menjabat Presiden Komisaris pada 2006–2020. Ia juga pernah menjadi Sekretaris Jenderal PWI Pusat, anggota DPR, serta anggota MPR. Atas dedikasinya, ia menerima penghargaan Bintang Mahaputera pada 1973 dan gelar doktor kehormatan dari Universitas Gadjah Mada (2003) serta Universitas Sebelas Maret (2014).
Jakob Oetama wafat pada 9 September 2020 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Kini, namanya kembali dikenang melalui kehadiran anggrek hibrida di Kebun Raya Bogor yang merepresentasikan semangat persatuan Nusantara.