Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebut program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang akan dilaksanakan pada 2025 tidak hanya baik untuk peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Kemenkeu menyebut program ini juga mampu menyumbang pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Saya kira program ini memiliki desain yang lebih luas, lebih komprehensif dan tentu memiliki dampak yang lebih luas pada perekonomian,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu Suminto, dikutip Selasa, (20/8/2024).
Suminto mengatakan penyediaan makanan dalam program ini akan melibatkan swasta, terutama UMKM. UMKM, kata dia, akan dilibatkan dalam keseluruhan rantai pasok program tersebut. Dengan begitu, kata dia, sektor UMKM akan ikut tumbuh.
“Dan tentu karena aktivitas ini ada di seluruh wilayah Tanah Air, di seluruh daerah, maka kita harapkan juga ini akan menggerakkan perekonomian di daerah,” kata dia.
Suminto berkata dengan adanya kegiatan ekonomi yang dipicu oleh program MBG, maka lapangan kerja juga akan terbuka. Maka dari itu, kata dia, program ini memiliki efek ekonomi yang begitu luas.
“Tentu disitu akan menyerap tenaga kerja, dan tentu pada akhirnya akan menciptakan aktivitas ekonomi di daerah, dan tentu pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya.
Dikutip dari Buku II Nota Keuangan RAPBN 2025, pemerintah sebenarnya telah memperhitungkan dampak perekonomian dari program MBG. Rancangan anggaran yang akan dialokasikan untuk Program MBG pada tahun 2025 adalah sekitar Rp 71,0 triliun atau 0,29 persen terhadap PDB, yang termasuk biaya makanan, distribusi (safeguarding), dan operasional lembaga yang menangani Program MBG.
Sedangkan tenaga kerja yang diharapkan dapat terserap untuk pelaksanaan program ini adalah sekitar 0,82 juta pekerja. Dengan jumlah tersebut, Program MBG diharapkan dapat menyumbang peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 0,10 persen pada tahun 2025.