
Pusat Penelitian Penghapusan Senjata Nuklir di Universitas Nagasaki kembali menyalakan peringatan terbaru soal kondisi senjata nuklir dunia. Hal ini disampaikan lembaga itu dalam sebuah pengumuman, Rabu (5/5/2025).
Dalam paparannya yang dikutip Newsweek, jumlah hulu ledak nuklir yang siap digunakan oleh sembilan negara sedikit meningkat dari tahun lalu, mencapai lebih dari 9.615 hulu ledak. Bila jumlah hulu ledak nuklir yang tidak dapat dikerahkan masuk dalam penghitungan, jumlah total hulu ledak nuklir di semua negara bersenjata nuklir mencapai 12.340 unit.
Mengenai tiga persenjataan nuklir terbesar yang dapat dikerahkan, Rusia memiliki 4.310 hulu ledak, turun 0,8% dari tahun 2018, sementara Amerika Serikat (AS) memiliki 3.700, turun 2,6%.
“Amerika Serikat dan Rusia menyumbang lebih dari 80% dari jumlah total hulu ledak nuklir aktif dan tentu saja memiliki tanggung jawab khusus untuk pelucutan senjata nuklir, tetapi porsi tujuh negara yang tersisa juga meningkat dari 12% pada tahun 2018 menjadi 17 persen pada tahun 2025,” tutur lembaga itu.
Sebaliknya, persenjataan China meningkat hingga 150%, mencapai 600 hulu ledak. Ini merupakan penambahan 360 hulu ledak ke dalam persenjataannya. Presiden China Xi Jinping memerintahkan negara itu untuk mempercepat pembangunan kekuatan nuklir, bahkan saat Beijing meminta Rusia dan AS untuk melakukan pelucutan senjata nuklir.
Sementara itu, Korea Utara, yang menguji senjata nuklir antara tahun 2006 dan 2017, telah mengalami peningkatan persentase tertinggi dalam jumlah hulu ledaknya, meningkat hingga 233% . Namun, dengan 50 hulu ledak, negara Asia Timur Laut itu memiliki persenjataan nuklir terkecil di dunia.
Di luar negara-negara tersebut, Prancis, Inggris, Israel diyakini masih memiliki ratusan hulu ledak nuklir. India dan Pakistan, dua negara yang akhir-akhir ini berseteru, juga memiliki ratusan senjata berbahaya itu.
Dengan situasi ini, Pusat Penelitian Penghapusan Senjata Nuklir di Universitas Nagasaki menyebut bahwa angka-angka ini didapatkan setelah terakhir kali senjata nuklir digunakan 8- tahun lalu di Hiroshima dan Nagasaki. Lembaga itu mencatat bahwa selain penambahan jumlah, ada juga skema modernisasi persenjataan nuklir di antara negara-negara dunia.
“Semua negara bersenjata nuklir diperkirakan akan terus memodernisasi persenjataan mereka di tengah konflik di seluruh dunia, seperti perang di Ukraina, ketegangan di Semenanjung Korea dan Selat Taiwan, serta persaingan kekuatan besar antara AS, Rusia, dan China,” tambahnya