Bursa asia bergerak beragam pada awal perdagangan, usai Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan pertumbuhan ekonomi beberapa negara di wilayah Asia.
Hang Seng Hongkong, S&P/ASX 200 Australia dan Shanghai China kompak melemah pada awal perdagangan.
IMF pada hari Selasa kemarin (22/10/2024), menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi 2024 untuk Amerika Serikat (AS), Brasil, dan Inggris tetapi memangkasnya untuk China, Jepang, dan zona euro. IMF mengatakan bahwa terdapat risiko berlimpah dari konflik bersenjata, potensi perang dagang baru, dan dampak dari kebijakan moneter yang ketat.
Prospek ekonomi dunia terbaru IMF mengatakan perubahan tersebut akan membuat pertumbuhan PDB global 2024 tidak berubah dari 3,2% yang diproyeksikan pada bulan Juli, yang menciptakan nada yang lesu untuk pertumbuhan saat para pemimpin keuangan dunia berkumpul di Washington pada minggu ini untuk pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia.
Pertumbuhan global diproyeksikan menjadi 3,2% pada tahun 2025, sepersepuluh poin persentase lebih rendah dari perkiraan pada bulan Juli, sementara pertumbuhan jangka menengah diperkirakan akan memudar menjadi 3,1% yang “biasa-biasa saja” dalam lima tahun, jauh di bawah tren sebelum pandemi.
Meskipun demikian, kepala ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas, mengatakan AS, India, dan Brasil menunjukkan ketahanan dan “soft landing” di mana inflasi mereda tanpa kehilangan para pekerja besar-besaran.
Namun, ia mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara bahwa ada risiko bahwa kebijakan moneter dapat “secara mekanis” menjadi terlalu ketat tanpa pemotongan suku bunga di beberapa negara karena inflasi mereda, yang membebani pertumbuhan dan lapangan kerja.
IMF merevisi perkiraan pertumbuhan AS tahun 2024 ke atas sebesar dua persepuluh poin persentase menjadi 2,8% terutama karena konsumsi yang lebih kuat dari perkiraan yang didorong oleh kenaikan upah dan harga aset. Pemberi pinjaman global tersebut juga menaikkan prospek pertumbuhan AS tahun 2025 sebesar tiga persepuluh poin persentase menjadi 2,2%, sedikit menunda kembalinya tren pertumbuhan.
Sementara, IMF memangkas tingkat pertumbuhan China tahun 2024 sebesar dua persepuluh poin persentase menjadi 4,8%, dengan dorongan dari ekspor neto yang sebagian mengimbangi pelemahan berkelanjutan di sektor properti dan rendahnya kepercayaan konsumen. Prakiraan pertumbuhan China tahun 2025 oleh IMF tidak berubah pada 4,5%, tetapi prospek tersebut tidak mencakup dampak apa pun dari rencana stimulus fiskal Beijing yang baru-baru ini diumumkan, yang sebagian besar masih belum terdefinisi.
IMF memperingatkan negara-negara agar tidak mengejar kebijakan industri untuk melindungi industri dan pekerja dalam negeri, dengan mengatakan bahwa kebijakan tersebut sering kali gagal memberikan peningkatan berkelanjutan dalam standar hidup.