Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev membuat pernyataan kontroversial. Ia menyebut perdamaian di Timur Tengah hanya akan tercapai melalui konflik besar atau perang yang melibatkan para “pialang” kekuasaan regional.
Medvedev, yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, mempertimbangkan meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran, serta mitra dan sekutu mereka di kawasan tersebut dan sekitarnya.
“Ketegangan makin menegang di Timur Tengah. Turut berduka cita atas hilangnya nyawa orang tak berdosa. Mereka hanyalah sandera dari negara yang menjijikkan: AS,” kata Medvedev, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (2/8/2024).
Ia menambahkan “jelas bagi semua orang bahwa perang skala penuh adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian yang goyah di kawasan tersebut.”
Komentar Medvedev muncul setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh dalam serangan di ibu kota Iran, Teheran, pada Rabu (31/7/2024). Hamas menuduh Israel mengatur serangan tersebut dan memperingatkan bahwa Israel akan “membayar harga” atas “kejahatan keji” tersebut.
Israel sendiri tidak membantah atau mengonfirmasi keterlibatan
tetapi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu Rabu membanggakan bahwa negaranya telah memberikan pukulan telak kepada Hamas, Houthi, dan Hizbullah – kelompok militan Islam yang memiliki hubungan dekat dengan Iran yang beroperasi di Gaza, Yaman, dan Lebanon.
Sementara itu, Iran juga menyalahkan Israel dan sekutunya, Amerika Serikat, turut bertanggung jawab atas apa yang disebutnya sebagai “tindakan terorisme yang keji.”
Namun, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bersikeras bahwa Washington “tidak mengetahui atau terlibat dalam” pembunuhan Haniyeh.
Pembunuhan seorang pejabat senior Hamas terjadi setelah Israel mengonfirmasi bahwa mereka telah melakukan serangan di Beirut, Lebanon yang menewaskan komandan Hizbullah Fuad Shukr.
Yerusalem Barat bersikeras bahwa dia berada di balik serangan di lapangan sepak bola di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel yang menewaskan 12 anak di bawah umur.
Israel dan Hizbullah berada di ambang konflik terbuka dan telah saling menyerang lintas perbatasan sejak Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober terhadap negara Zionis itu. Perang Israel-Hamas di Gaza juga telah meningkatkan ketegangan di seluruh wilayah TImur Tengah.