Punya Harta Numpuk 6 Generasi, Ini Orang Pertama Bisnis Properti di RI

Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.

Rumah atau properti menjadi sektor bisnis menguntungkan. Ini sudah dibuktikan oleh banyak orang yang kaya raya berkat bisnis properti. Namun, belum banyak orang tahu siapa sosok pebisnis properti pertama di Indonesia.

Perkenalkan, ini orang pertama di Indonesia yang bisnis properti: Raja Mangkunegara IV dari Mangkunegaran.

Pebisnis Properti Pertama

Raja Mangkunegaran IV sebenarnya sudah kaya dari sistem feodalisme kerajaan. Hanya saja, demi menambah kas Kesultanan Mangkunegaran dan mencari sumber pendapatan baru, pria bernama asli Sudira ini terjun ke bisnis properti.

Daradjadi dalam artikel berjudul “Melawan Kolonialisme Melalui Modernisasi” yang terhimpun dalam Urip Iku Urub: Untaian Persembahan 70 Tahun Peter Carey (2019) menyebut jiwa bisnis Mangkunegara IV muncul karena melihat kebutuhan orang Belanda terhadap rumah sewa.

Pada masa kolonial, orang Belanda adalah para perantau yang hanya tinggal sementara untuk mencari nafkah di pulau Jawa. Sekalipun mampu membeli, mereka tidak mau membeli rumah. Pasalnya, jika harus mendadak pulang kampung ke Eropa, maka mereka akan dibuat repot memikirkan aset peninggalan di Jawa.

Alhasil, mereka lebih memilih untuk menyewa alih-alih membeli rumah. Dengan demikian kerugian pun dapat diminimalisir. Beranjak dari sini, Mangkunegara IV berniat mendirikan rumah-rumah sewa. Awalnya, dia membeli tanah kosong dan mengubahnya menjadi perumahan modern.

“Beliau lalu membeli sebidang tanah di wilayah yang dikenal dengan nama Pendrikan. Tanah dibagi menjadi beberapa kavling dan di atasnya didirikan perumahan dengan bangunan bercorak modern,” tulis Daradjadi.

Proses pembangunan selesai pada tahun 1874. Seperti sudah diduga, rumah-rumah milik Mangkunegara IV laku keras dihuni oleh para penyewa yang mayoritas orang-orang Belanda atau Indo-Belanda yang bekerja di Semarang.

Pada titik ini, sejarah kemudian mencatat Mangkunegara IV sebagai pengusaha properti pertama di Indonesia. Pria kelahiran 3 Maret 1811 ini menunjuk cucunya, Raden Mas Gondosunaryo, sebagai pengurus dan penagih uang sewa. Nantinya, Gondosunaryo akan berperan sebagai tukang tagih uang sewaan ke para penyewa.

Selain properti, Raja Jawa itu juga bisnis tambak ikan bandeng. Dia menyulap tanah kosong dan mendirikan kolam untuk disewakan ke para petani. Meski begitu, properti dan tambak ikan, hanyalah bisnis kecil yang dimiliki pria asal Solo itu.

Diketahui, bisnis utama Mangkunegara IV adalah gula. Sejarawan Wasino dalam Kapitalisme Bumiputera (2008) menyebut, dia mempunyai dua pabrik gula di Jawa yang bisa memproduksi ratusan ribu ton gula per tahun. Total keuntungan pun setara 1-1,5 ton emas. Jika dalam perhitungan masa kini, berarti keuntungan bisa setara Rp1 triliun.

Semua keuntungan bisnis lantas mencatatnya sebagai orang terkaya Indonesia pada abad ke-19. Hartanya mencapai 25 juta gulden yang salah satunya diperoleh dari keuntungan bisnis sewa rumah. Semua harta tersebut menjadi pondasi kekayaan bagi Kesultanan Mangkunegaran dan bertahan 6 generasi sampai sekarang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*