Ray Dalio Warning Utang AS, Sebut Bisa Alami ‘Serangan Jantung’

Ray Dalio seen on day three of Summit LA18 in Downtown Los Angeles on Sunday, Nov. 4, 2018, in Los Angeles. (Photo by Amy Harris/Invision/AP)
Foto: Amy Harris/Invision/AP/Amy Harris

Miliarder dan investor kawakan, Ray Dalio, membunyikan peringatan terbaru soal ekonomi Amerika Serikat (AS). Ia mengalamatkan kekhawatirannya terkait kondisi utang yang dimiliki Negeri Paman Sam.

Dalam laporan Russia Today yang mengutip Bloomberg, Senin (3/3/2025), pendiri Bridgewater Associates itu mengatakan Washington harus segera memangkas defisit atau menghadapi risiko krisis utang besar dalam tiga tahun ke depan. Prospek yang suram itu berasal dari defisit anggaran federal AS, yang naik menjadi US$ 1,8 triliun (Rp 29.412 triliun) pada tahun fiskal terakhir.

Angka yang mengejutkan itu menandai defisit federal terbesar ketiga dalam sejarah AS, setelah defisit yang didorong oleh bantuan pandemi yang memecahkan rekor sebesar US$ 3,132 triliun (Rp 51.176 triliun) dan US$ 2,772 triliun (Rp 45.294 triliun) masing-masing pada tahun 2020 dan 2021. Sebagai perbandingan, PDB Prancis sekitar US$ 3 triliun pada tahun 2023.

“Jika Anda tidak melakukannya, Anda akan mendapat masalah,” ujar Dalio.

“Saya tidak bisa memberitahu Anda kapan tepatnya itu akan terjadi, ini seperti serangan jantung. Anda semakin dekat, perkiraan saya tiga tahun, kurang lebih satu tahun, kira-kira seperti itu.”

Utang nasional AS saat ini mencapai US$ 36,2 triliun (Rp 591.508 triliun), menurut Departemen Keuangan. Utang tersebut melampaui angka US$ 35 triliun untuk pertama kalinya musim panas lalu.

Komentar Dalio muncul saat pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden AS Donald Trump berupaya meloloskan RUU pemotongan pajak besar-besaran yang juga akan mencakup dana untuk meningkatkan pengeluaran untuk pertahanan dan penegakan hukum imigrasi.

Minggu lalu, DPR AS dengan suara tipis meloloskan kerangka anggaran yang dirancang untuk memangkas pengeluaran hingga US$ 2 triliun (Rp 32.680 triliun) dan memungkinkan pemotongan pajak hingga US$ 4,5 triliun (Rp 73.530 triliun) selama 10 tahun ke depan. Rencana anggaran tersebut juga akan menaikkan batas utang menurut undang-undang sebesar US$ 4 triliun (Rp 65.360 triliun).

Menurut Dalio, defisit yang diproyeksikan akan menjadi sekitar 7,5% dari produk domestik bruto negara tersebut, setelah pemotongan pajak Presiden Donald Trump berlaku. Investor miliarder itu mendesak agar defisit tersebut dipotong menjadi 3%.

“Itu berarti utang tidak akan meningkat relatif terhadap pendapatan, dan hal ini akan meningkatkan penawaran dan permintaan secara signifikan,” tandasnya.

0 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*