Riset dan Inovasi Dukung Upaya Hadapi Perubahan Iklim

Suasana Gedung Kementrian di Kawasan Jakarta, Rabu 7/8. Pemindahan ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari Jakarta ke salah satu lokasi di Kalimantan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit, mencapai Rp 466 triliun. Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan Salah satu komponen utama pendanaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 
Potensinya sangat kasar. Pemetaan potensi aset di Medan Merdeka, Kuningan, Sudirman, dan Thamrin perkiraan Rp 150 triliun. Ini bisa menambal kebutuhan APBN. Tadinya dari APBN butuh Rp 93 triliun. Artinya dengan Rp 150 triliun bisa menutup untuk bangun istana, pangkalan TNI, dan kebutuhan rumah dinas. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Kemitraan Australia-Indonesia dalam riset, sains, dan inovasi, KONEKSI berpartisipasi dalam Konferensi Tahunan SDGs Tahunan ketujuh turut mendukung upaya Indonesia mencapai Agenda 2030.

Minister Counsellor for Governance and Human Development Kedutaan Besar Australia, Madeleine Moss menekankan komitmen Australia untuk mendukung solusi berbasis pengetahuan melalui Platform Kemitraan Pengetahuan Australia-Indonesia, KONEKSI.

“Penelitian dan inovasi akan menjadi dasar untuk menciptakan solusi yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan adaptif terhadap tantangan Pembangunan berkelanjutan termasuk dampak perubahan iklim dan kebutuhan sosial ekonomi yang terus berkembang,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima Rabu (9/10/2024).

Di sisi lain, Deputi Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito memaparkan kompleksitas penerapan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan, menekankan kebutuhan penting akan dukungan pemerintah yang kuat untuk penelitian dan inovasi.

“Riset dan inovasi berperan untuk mengintegrasikan isu sektoral sehingga menghasilkan suatu dasar yang mumpuni untuk dijadikan basis regulasi,” paparnya.

Founder & CEO Waste4Change, Mohamad Bijaksana Junerosano mengungkapkan tentang keterlibatan masyarakat dalam praktik pengelolaan sampah berkelanjutan. Dia menyoroti pentingnya memberdayakan masyarakat untuk mengambil langkah-langkah kecil, seperti mengelola sampah secara mandiri.

Namun ia menekankan bahwa penegakan hukum merupakan cara yang paling efektif untuk mengatasi masalah lingkungan.

“Setiap orang itu wajib pilah sampah dan itu sudah diatur dalam hukum jadi perlu penegakan hukum yang juga didukung oleh Masyarakat,” jelas Bijaksana.

Di dalam acara ini juga dibahas bagaimana pentingnya mendidik generasi mendatang agar peduli terhadap lingkungan. Hal ini pada akhirnya akan berdampak positif dalam menghadapi perubahan iklim dan krisis lingkungan.

Diketahui, bahwa memupuk kreativitas dan kecintaan terhadap lingkungan, memberdayakan generasi mendatang untuk membangun bisnis yang baik bagi manusia dan lingkungan. Termasuk juga,memperpanjang masa pakai barang dengan tidak beli barang baru, demi meminimalisasi sampah juga dapat terhindar dari gaya hidup konsumerisme.

Dalam ini juga dilakukan, penerima hibah KONEKSI dan pemenang Call for Papers Pusbindiklatren mempresentasikan penelitian kolaboratif mereka tentang Lingkungan dan Perubahan Iklim. Penelitian-penelitian tersebut menampilkan solusi inovatif dan praktik antisipasi perubahan iklim, misalnya penelitian dari Prof. Nyoman (Universitas Diponegoro) yang meneliti tentang desalinasi bertenaga surya untuk menyediakan air minum yang mudah diakses di daerah pesisir terpencil dengan sumber daya terbatas.

https://internationalsalinityforum.org/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*