Mitos bahwa cuan dari investasi di saham bioteknologi memerlukan gelar tinggi terbantahkan oleh Bob Duggan, seorang pengusaha sukses yang tidak pernah menyelesaikan kuliah. Investasi terbarunya di Summit Therapeutics (SMMT) telah melonjak lebih dari 1.000% dalam setahun terakhir.
Melansir The Wall Street Journal, lonjakan saham perusahaan biofarmasi tersebut terjadi berkat data dari uji coba fase akhir yang menunjukkan bahwa obat Ivonescimab produksinya mengalahkan obat kanker blockbuster Merck, Keytruda, pada pasien dengan kanker paru-paru.
Duggan, yang sudah menjadi miliarder sebelum investasi di Summit, kini diperkirakan memiliki kekayaan sekitar US$ 16 miliar atau sekitar Rp 243,1 triliun. Meskipun demikian, masih banyak yang harus diatasi terkait obat ini, termasuk performanya dalam uji coba global di luar China, di mana Summit melisensikan Ivonescimab dari bioteknologi asal China, Akeso, pada tahun 2022.
Ini bukan pertama kalinya Duggan meraih kesuksesan di dunia bioteknologi. Pada dua dekade lalu, ia berinvestasi di Pharmacyclics, perusahaan yang mengembangkan obat kanker Imbruvica. Setelah melalui berbagai tantangan, Pharmacyclics akhirnya diakuisisi AbbVie senilai US$ 21 miliar, menjadikan Duggan sebagai sosok penting dalam industri ini.
Duggan, yang kini berusia 80 tahun, telah membuktikan bahwa keberhasilan di industri ini tidak hanya milik mereka yang memiliki latar belakang akademis yang tinggi. Nathan Vardi, penulis buku “For Blood and Money,” mencatat bahwa banyak yang berpendapat Duggan hanya beruntung, tetapi kemampuan Duggan dalam menentukan kapan harus bertahan atau menarik diri dari investasi menjadi kunci kesuksesannya.
Pengalaman Duggan di berbagai industri, mulai dari roti hingga robotika, memberinya perspektif berbeda dalam menghadapi tantangan. Ia percaya bahwa ketidakpahaman seorang outsider, dikombinasikan dengan intensitas yang ia bawa, membuatnya berani mengambil langkah-langkah tidak konvensional.
Ivonescimab, misalnya, tidak hanya berfungsi sebagai pengikat protein PD-1 untuk memicu sistem imun, tetapi juga menghambat protein VEGF yang mendukung pertumbuhan pembuluh darah tumor. Obat ini memiliki dua mode aksi, yang diharapkan dapat memberikan efek lebih kuat dalam melawan kanker.
Namun, para ahli memperingatkan bahwa aksi ganda tersebut dapat menimbulkan masalah keamanan di kemudian hari. Dengan catatan efek samping yang terlihat pada obat yang menargetkan VEGF, para analis menantikan data lebih lanjut untuk memastikan obat ini aman dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien.
Meskipun Summit memiliki peluang untuk bersaing di pasar PD-1 yang bernilai US$ 50 miliar, tantangan dalam pelaksanaannya tetap signifikan. Analis memperingatkan bahwa keberhasilan akan sangat bergantung pada manajemen yang tepat dan strategi desain uji coba yang efektif.
Saat pasar mencerna besarnya tantangan yang dihadapi Summit, saham perusahaan ini diharapkan tetap volatile dan bisa mengalami penurunan setelah lonjakan harga pasca rilis data. Dengan semua perhatian yang tertuju pada Ivonescimab, masa depan Duggan dan Summit akan menjadi sorotan bagi investor dan analis di seluruh dunia.