Kementerian Perhubungan melalui Badan Kebijakan Transportasi (BKT) mengusulkan sejumlah solusi untuk menekan harga tiket pesawat yang mahal. Salah satunya adalah kebijakan penyediaan avtur atau bahan bakar pesawat oleh multiprovider.
Kepala BKT Kemenhub Robby Kurniawan mengatakan avtur menjadi salah satu komponen yang paling besar dalam operasional sebuah pesawat hingga 52%. Karenanya, harga avtur amat berkontribusi pada kenaikan harga tiket.
“Berdasarkan komposisi mencapai 52%, ini juga terpengaruh oleh harga dolar yang terus meningkat,” kata Robby, dikutip Kamis, (15/8/2024).
Karena itu, Robby mengatakan BKT dalam kajiannya merekomendasikan avtur disediakan oleh beberapa perusahaan. Selama ini, avtur untuk maskapai hanya disediakan oleh PT Pertamina (Persero).
Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiraatmadja mengatakan harga tiket mahal berhubungan dengan beban biaya yang dirasakan maskapai makin berat. Dia mengatakan kenaikan harga tiket itu merupakan dampak dari kondisi setelah Covid-19.
“Bahwa beban biaya maskapai yang selama ini dirasakan membuat harga tiket cukup tinggi merupakan dampak dari kondisi setelah Covid-19,” kata dia.
Denon mengatakan keadaan yang membuat operasional maskapai semakin mahal di antaranya, nilai tukar rupiah yang sempat melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
“Situasi semacam ini kami tentu melihat kira-kira bagaimana pemerintah bisa berpartisipasi dalam menurunkan harga tiket,” kata Denon.
Dia mengatakan beban terbesar yang dirasakan oleh maskapai salah satunya biaya leasing pesawat yang mencapai 30%. Selanjutnya harga avtur yang saat ini hanya disediakan oleh PT Pertamina, serta harga suku cadang dan biaya untuk mengimpornya ke Indonesia.