Rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) industri multifinance merangkak naik pada tahun ini. Hal ini diikuti pula dengan melambatnya pertumbuhan pembiayaan.
Per April 2024 rasio pembiayaan bermasalah atau nonperforming financ (NPF) gross sebesar 2,82%, naik 35 basis poin (bps) secara tahunan. Apabila dibandingkan dengan posisi Desember 2023, rasio NPF naik 38 bps.
Pada Mei 2024, secara bulanan NPF multifinance turun menjadi 2,77%. Akan tetapi secara tahunan angka ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.
Di tengah tren NPF tersebut, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) mencatat laba periode berjalan hingga semester I tahun 2024 sebesar Rp 765,1 miliar. Laba tersebut turun sebesar 6,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yang sebesar Rp 818,4 miliar.
Mengutip laporan keuangannya, padahal total pendapatan perseroan naik hingga Juni 2024 menjadi Rp 5 triliun. Capaian tersebut naik sebesar 11,1% dibandingkan posisi yang sama tahun 2023 yang sebesar Rp 4,5 triliun.
Akan tetapi beban perusahaan meningkat 16,32% yoy menjadi Rp 4,04 triliun. Hal ini disebabkan oleh pemulihan kerugian penurunan nilai pembiayaan yang memburuk. Dengan demikian ADMF perlu menyisihkan Rp 909,13 miliar untuk pembiayaan konsumen, naik 40,64% yoy. Lalu pemulihan kerugian untuk pembiayaan murabahah naik 67,84% yoy menjadi Rp 256,66 miliar.
Alhasil laba sebelum pajak ADMF pun tertekan menjadi turun 8,01% yoy.
Sebagai informasi, pembiayaan konsumen ADMF didominasi oleh motor atau sebanyak 47,43% dari total pembiayaan konsumen. Kemudian mobil menyumbang 34,51% dan barang durable serta lainnya 18,06%.
Tercatat per 30 Juni 2024, pembiayaan konsumen yang berstatus lancar senilai Rp 43,22 triliun, turun 0,14% sepanjang tahun berjalan (ytd). Lalu pembiayaan yang masuk kategori dalam perhatian khusus naik 16,71% menjadi Rp 12,03 triliun.
Pembiayaan yang masuk kategori NPF, yakni kurang lancar naik 24,08% menjadi Rp 438,9 miliar dan diragukan naik 25,25% yoy menjadi Rp 759,58 miliar.