BNPB: Hujan jadi tantangan penanganan korban erupsi di Flores Timur

BNPB: Hujan jadi tantangan penanganan korban erupsi di Flores Timur

Tangkapan layar – Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan kondisi terkini penanganan dampak erupsi Gunung Lewotobi Flores Timur, Nusa Tenggara Timur dalam siaran konferensi yang diikuti dari di Jakarta, Selasa (3/12/24). ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo

Hujan yang mulai mengguyur sejumlah daerah di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur dinilai oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjadi tantangan tersendiri dalam upaya percepatan penanganan pengungsi korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.

“Kami sedang di Flores Timur dan merasakan cuaca hujan, angin kencang pagi-sore hari sangat intens, kondisi ini juga menjadi perhatian untuk diantisipasi bersama,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam siaran konferensi di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan bahwa potensi hujan disertai angin kencang masih akan berlangsung setidaknya dalam sepekan ke depan di Nusa Tenggara Timur dan sekitarnya ataupun sebagian besar daerah di Indonesia bagian timur lainnya.

Kondisi ini sebagaimana hasil analisa dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang memprakirakan bahwa musim hujan sudah mulai merata bergeser dari wilayah Indonesia bagian barat menuju ke wilayah tengah dan Indonesia bagian timur.

BMKG memetakan ada 59 persen zona musim Indonesia yang sudah memasuki musim hujan sampai dengan 30 November 2024 termasuk sebagian Nusa Tenggara Timur, dan puncak musim hujan akan berlangsung sampai Februari/Maret 2025 dengan prakiraan menyasar 65 persen zona musim Indonesia.

“Jelas terasa petang tadi pesawat yang ditumpangi Kepala BNPB batal mendarat satu kali di Bandara Larantuka, karena angin sangat kencang, turbulensi sangat kuat, sehingga pesawatnya harus naik lagi berputar menunggu angin sedikit berkurang baru bisa mendarat,” kata dia.

Atas kondisi tersebut, maka ia mengungkapkan bahwa pihaknya harus berupaya untuk mempercepat proses pembangunan rumah hunian sementara bagi para korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang bertahan di tenda pengungsian.

BNPB dibantu prajurit Yonzipur/YKR Kodam IX/Udayana saat ini membangun secara bertahap target sebanyak 420 unit huntara yang diharapkan sudah bisa ditempati 2.200 kepala keluarga pengungsi korban erupsi pada akhir Desember ini.

Pemerintah Flores Timur dan segenap petugas gabungan juga diminta meningkatkan kesiapsiagaan untuk mewaspadai bencana ikutan berupa banjir lahar dingin, banjir bandang, dan tanah longsor khususnya di wilayah Desa Hokeng Jaya, Desa Dulipali, Desa Padang Pasir, dan sekitarnya.

Desa yang juga menjadi lokasi pos pengungsian tersebut beririsan langsung dengan aliran sungai yang berhulu dari Gunung Lewotobi Laki-Laki sehingga rawan terkena limpasan air bercampur material vulkanik.

“BNPB dalam hal ini memberikan pendampingan yang melekat kepada pemerintah daerah termasuk urusan pemetaan untuk dilakukan pemasangan alat peringatan dini banjir,” ujarnya. https://calling88.store

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*