
Elemen buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) dan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), dengan tegas membantah fenomena banyak pabrik tutup karena persoalan upah.
Sekretaris Jenderal FSPMI, Sabilar Rosyad menyebut tidak ada korelasi banyaknya pabrik tutup dengan upah yang tinggi. Justru dengan upah tingg bisa menaikkan daya beli masyarakat.
“Menaker yang terdahulu, Ida Fauziyah menyampaikan, persoalan upah, pengupahan di Indonesia itu ada tiga faktor. Pertama, bagaimana upah itu bisa mempresentasikan daripada memenuhi kebutuhan hidup layak. Kedua, upah itu bisa menaikkan daya beli. Dan yang ketiga, bagaimana pengupahan ini bisa mengurangi disparitas upah,” kata Sabilar di depan Kantor Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Jakarta, Kamis (7/11/2024).
Sabilar mengatakan, Peraturan Pemerintah (PP) No. 51/2023 tentang Pengupahan itu sebetulnya untuk mengatasi tiga persoalan upah yang disebutkannya, namun ternyata masih belum bisa menjawab. Elemen buruh menggugat PP No. 51/2023 ke Mahkamah Konstitusi (MK), dan telah dinyatakan bahwa formula penetapan upah minimum dalam aturan tersebut bertentangan dengan UUD 1945.
“Upah tinggi tidak ada korelasinya dengan perusahaan tutup. Fakta membuktikan, Jawa Tengah yang perusahaannya banyak tutup itu upah terendah se-Indonesia raya. Tapi kenapa mereka tutup? Bukan karena upah tinggi, tetapi pemerintah tidak hadir melindungi dunia usaha di Indonesia. Itu yang terjadi. Kalau karena upah tinggi, mungkin Bekasi yang akan tutup duluan, bukan Jawa Tengah. Itu fakta,” tegasnya.
Menurutnya, jika memang pemerintah ingin meningkatkan perekonomian nasional, maka perlu ditingkatkan juga daya beli masyarakatnya. “Upah buruh harus tinggi, baru nanti daya beli naik, ekonomi jalan, konsumsi itu akan naik,” lanjut dia.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Presiden KSPSI, Roy Jinto Ferianto menyebut persoalan upah dalam kasus pailitnya PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) hanya kambing hitam saja. Dia menegaskan bahwa pailitnya Sritex bukan disebabkan karena upah yang tinggi, melainkan karena Sritex yang memang tidak mampu melunaskan utang-utangnya.
“Coba buktikan perusahaan mana yang tutup gara-gara bayar upah. Kita paham, pailitnya Sritex akan digiring karena momentumnya bertepatan dengan penetapan upah minimum. Sritex itu tutup karena gagal bayar utang kepada bank dan kepada supplier loh. Bukan karena upah. Jadi ini sengaja digiring,” kata Roy.
Katanya, tidak ada satu data pun sejak penetapan upah minimum ditetapkan ada perusahaan yang tutup karena tak sanggup bayar upah pekerjanya. “Yang ada adalah karena tidak ada order, yang kedua gara-gara geopolitik ekonomi internasional, dan ada utang piutang dengan bank yang gagal bayar, kemudian dipailitkan oleh pihak lain. Bukan karena upah,” lanjut dia.
“Nggak ada perusahaan yang tutup atau bangkrut gara-gara bayar upah. Presiden Direktur Sritex juga sudah menyampaikan bahwa Sritex bermasalah gara-gara Permendag 8/2024 (tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor),” tegasnya.
Perlu diketahui, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang. Berdasarkan putusan dengan nomor perkara 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg, Sritex, PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya telah lalai dalam memenuhi kewajiban pembayarannya kepada PT Indo Bharat Rayon, selaku pemohon, berdasarkan Putusan Homologasi tanggal 25 Januari 2022.
Selain itu, pengadilan juga menyatakan batal Putusan Pengadilan Niaga Semarang Nomor No. 12/ Pdt.Sus-PKPU/2021.PN.Niaga.Smg Tanggal 25 Januari 2022 mengenai Pengesahan Rencana Perdamaian (Homologasi).
crochet dolls
plastic surgery in turkey
Transform Your Look with Cosmetic Surgery in Istanbul
Looking for a discreet, professional, and affordable way to enhance your appearance? Cosmetic surgery in Istanbul has become a top choice for thousands of people worldwide — and for good reason.
From minimally invasive treatments to full surgical makeovers, Istanbul offers everything you need to feel confident again. Vivid Clinic stands out as one of the premier destinations for cosmetic surgery in Istanbul, offering personalized treatment plans and world-class aftercare in a luxury setting.
Whether you’re dreaming of a refined nose, lifted eyes, or a youthful glow, our expert surgeons at Vivid Clinic work closely with each patient to deliver safe, natural-looking results — all while you recover in the vibrant beauty of Istanbul.
decomania
Voici un spin-tax de haute qualité pour votre texte en français, respectant toutes vos consignes :
Tandis que le média spécialisé Decomania explore les avancées dans le domaine fintech, une interrogation émerge : Quantum AI 2025 représente-t-il un progrès tangible ou uniquement une solution à fort potentiel ?
Mode opératoire et Perspectives : Qu’Offre Cette Plateforme ?
Quantum AI 2025 se présente comme un système de trading algorithmique intégrant IA et quantum computing. Pour ses développeurs, cette technologie offrirait :
Une évaluation poussée des marchés (actifs numériques, valeurs mobilières, devises).
Un contrôle algorithmique des risques pour améliorer les rendements.
Une interface intuitive, adapté pour les investisseurs tous niveaux.
Néanmoins, aucun audit externe ne valide formellement ces déclarations, et les feedbacks d’utilisateurs demeurent mitigés.
Points à Contrôler D’après Decomania
Notre analyse souligne divers facteurs à considérer avant de investir :
Différentes plateformes locales (crypto-bank.fr) – Une pratique courante, mais qui peut rendre difficile le contrôle.
Manque de clarté – Peu d’informations techniques sont disponibles sur les systèmes mis en œuvre.
Performances inégales – Certains utilisateurs mentionnent des résultats concluants, tandis qu’ certains signalent des difficultés techniques.
Conseils pour les Opérateurs
Choisir en priorité les solutions agréées (etc.) pour plus de sécurité.
Expérimenter en mode démo avant toute mise de fonds.
Mettre en parallèle avec d’autres solutions (à l’image de les plateformes proposés par eToro).
Conclusion : Une Solution à Surveiller avec Réserve
Quantum AI 2025 avance une approche innovante, mais ses résultats tangibles requièrent davantage des validations empiriques. En attendant de plus de transparence, une stratégie prudente est conseillée.