Investor emas kembali merayakan kenaikan harga emas. Harga sang logam mulia terus menerus mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Analis di pasar komoditas memprediksi harga emas dunia bisa menembus US$3.000 per troy ons hingga akhir2024.
Pada perdagangan Kamis (26/9/2024) harga emas di pasar spot ditutup menguat 0,50% di level US$2.670,2 per troy ons. Penguatan tersebut merupakan kenaikan emas enam hari beruntun dan menjadi penutupan tertinggi sepanjang sejarah. Harga emas sempat menyentuh level tertinggi pada perdagangan intraday di level US$2.685,42 sebelum ditutup lebih rendah.
Sementara, hingga pukul 14,32 WIB Jumat (27/9/2024), harga emas di pasar spot bergerak lebih rendah atau turun 0,38% di posisi US$2.661,08 per troy ons.
Dilansir dari investing.com, harga emas dunia diperkirakan akan diperdagangkan antara US$2.600 hingga US$3.000 per troy ons pada akhir tahun, menurut hasil polling pembaca Investing.com.
Dari 2.330 suara, 49,9% responden mengatakan mereka memperkirakan harga logam kuning akan berada dalam kisaran tersebut pada akhir tahun 2024. Sementara itu, 32,3% meyakini harganya akan berada di atas US$3.000 per troy ons dan 17,9% memperkirakan harganya akan berada di bawah US$2.600 per troy ons.
Peningkatan ini ditopang oleh pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) pada minggu lalu, serta spekulasi bahwa bank sentral AS akan melakukan pemangkasan lebih lanjut tahun ini.
Suku bunga yang lebih rendah menjadi pertanda baik bagi emas, mengingat suku bunga tersebut mengurangi biaya peluang untuk berinvestasi pada aset yang tidak memberikan imbal hasil.
Analis di UBS telah menaikkan perkiraan harga emas mereka, dengan mengatakan bahwa mereka sekarang memproyeksikan bahwa emas akan mencapai US$2.750 per troy ons pada akhir tahun 2024, naik dari prospek sebelumnya sebesar US$2.600 per troy ons.
Namun, Bank of America (BoA) menegaskan kembali perkiraannya bahwa harga emas akan mencapai puncaknya pada US$3.000 per ons pada tahun 2025. Perkiraan ini didasarkan pada berbagai faktor ekonomi dan geopolitik yang terus mendukung permintaan terhadap logam mulia ini.
Analis di Bank of America (BoA) juga mengatakan bahwa meskipun harga emas jauh di atas rata-rata pergerakan 200 hari, kenaikan emas secara historis “datar 1-6 bulan setelah diperdagangkan pada titik ekstrem seperti itu.”
“Investor emas juga sudah mendiskontokan 150-200 [basis poin] pemotongan suku bunga menurut estimasi kami. Jika pemotongan The Fed lebih lambat dari yang diharapkan, laju kenaikan emas juga bisa melambat,” tulis analis Bank of America, dikutip dari CNBC International.
Saat ini investor fokus pada pidato dari Ketua The Fed Jerome Powell yang akan datang pada hari Kamis, sementara pembacaan ekonomi utama AS juga akan membayangi.
Powell akan menyampaikan pidato yang direkam sebelumnya pada Konferensi Pasar Treasury AS di New York pada pukul 09:20 waktu AS, menurut situs web The Fed.
Menyusul pemangkasan suku bunga besar-besaran pada minggu lalu, Powell mengatakan langkah tersebut merupakan bagian dari “kalibrasi ulang” kebijakan yang dirancang untuk melindungi pasar tenaga kerja AS sekaligus menurunkan inflasi secara berkelanjutan ke target 2% yang ditetapkan The Fed.
Beberapa pembuat kebijakan lain minggu ini telah membela penarikan besar-besaran tersebut, termasuk Gubernur The Fed Adriana Kugler, yang mengatakan pada hari Rabu bahwa Komite Pasar Terbuka Federal yang menetapkan suku bunga perlu “menyeimbangkan fokusnya” antara menekan tekanan harga dan menghindari “rasa sakit” dalam ekonomi yang lebih luas.
Namun, pejabat The Fed belum sepakat dalam mendukung besarnya pemangkasan tersebut. Gubernur The Fed Michelle Bowman, yang memilih untuk menurunkan biaya pinjaman dengan 25 basis poin yang lebih tradisional, mengatakan bahwa ia tetap khawatir dengan risiko inflasi yang masih ada.
Selain The Fed, harga emas juga ditopang oleh memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah. Perang memanas di Lebanon dan meningkatka permintaan aset aman.