Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambruk hingga 1% lebih pada akhir perdagangan Rabu (6/11/2024),di tengah wait and see investor terkait Pilpres Amerika Serikat (AS) dan efek dari pertumbuhan ekonomi RI yang melambat.
IHSG ditutup ambruk 1,44% ke posisi 7.383,87. IHSG pun terkoreksi ke level psikologis 7.300 pada akhir perdagangan hari ini.
Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp 12 triliun dengan melibatkan 26 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 197 saham menguat, 398 saham melemah, dan 195 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor teknologi menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni mencapai 2,96%.
Sementara dari sisi saham, empat emiten perbankan raksasa kompak menjadi penekan IHSG, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 31,1 indeks poin, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 14,4 indeks poin, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 9,7 indeks poin, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 6,6 indeks poin.
IHSG kembali merana di tengah wait and see investor terkait Pilpres AS dan efek dari pertumbuhan ekonomi RI yang melambat.
Pemilu AS sebagaimana diketahui sudah berlangsung pada Selasa kemarin yang kemudian berlanjut ke proses penghitungan suara setelah jajak pendapatan ditutup pukul 18.00 waktu bagian timur AS.
Mengutip Channel News Asia (CNA), sebagaimana diketahui sistem pemilihan di AS tidak melibatkan pemilih yang memilih pemimpin secara langsung. Suara yang diberikan oleh warga negara akan memilih 538 anggota kelompok yang dikenal sebagai Electoral College, kemudian mereka bertugas untuk memilih presiden dan wakil presiden.
Jika persaingan dua kandidat capres AS akan sangat ketat, bisa jadi untuk menerima hasilnya diperlukan waktu berhari-hari sebelum pemenang diumumkan.
Berkaca pada 2020 lalu, media di AS menyatakan bahwa kandidat dari Partai Demokrat, Joe Biden, berhasil meraih kemenangan pada tanggal 7 November, meskipun pemungutan suara ditutup empat hari sebelumnya.
Beralih ke data dalam negeri, pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III-2024 mengalami perlambatan seiring melandainya konsumsi rumah tangga Indonesia.
Melemahnya ekonomi dan konsumsi rumah tangga ini menjadi permulaan yang kurang baik bagi Presiden Prabowo Subianto diawal masa pemerintahannya. Terlebih, konsumsi adalah mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal III-2024 hanya tumbuh 4,95% secara tahunan (year-on-year/yoy). Catatan ini merupakan capaian pertumbuhan terendah dalam satu tahun terakhir.
Hal ini menjadi pertumbuhan ekonomi terendah yang terjadi dalam satu tahun terakhir, yakni pada kuartal III-2023 yang sebesar 4,94%. Sedangkan kuartal IV-2023 mampu sebesar 5,04%, kuartal I-2024 sebesar 5,11%, dan kuartal II-2024 sebesar 5,05%.
Jika dilihat berdasarkan pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh tak sampai 5% atau tepatnya 4,91% yoy. Padahal konsumsi menyumbang 53,08% terhadap total PDB Indonesia. Pertumbuhan konsumsi pada kuartal III juga di bawah data historisnya yakni 5%.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada Juli-September 2024 setara dengan kuartal I-2024 dan terburuk sejak kuartal IV-2023.
Pelemahan ekonomi ini menjadi sinyal jika kondisi permintaan sedang tidak baik-baik saja.