Presiden Rusia Vladimir Putin buka suara soal pelantikan Donald Trump menjadi Presiden ke-47 Amerika Serikat (AS), Senin (20/01/2025). Hal ini diungkapkannya saat hubungan Moskow dan Washington memanas akibat serangan Rusia ke Ukraina, yang didukung Negeri Paman Sam.
Dalam pernyataannya di tengah pertemuan Dewan Keamanan Rusia, Putin memberikan ucapan selamat kepada Trump dan mengharapkan peran Washington dalam perdamaian dengan Ukraina. Ia juga menggarisbawahi niatan Trump untuk segera menyelesaikan konflik itu.
“Kami melihat pernyataan Presiden AS yang baru terpilih dan anggota timnya tentang keinginan untuk memulihkan kontak langsung dengan Rusia,” kata Putin, dikutip dari Reuters, Selasa (21/01/2025).
Putin, yang biasanya mengadakan pertemuan Dewan Keamanan pada hari Jumat dan bukan hari Senin, mengatakan Rusia terbuka untuk berunding dengan pemerintahan baru mengenai berbagai hal yang disebutnya sebagai isu internasional utama. Ini termasuk senjata nuklir dan keamanan, serta konflik Ukraina.
“Kami juga mendengar pernyataannya tentang perlunya melakukan segala yang mungkin untuk mencegah Perang Dunia Ketiga. Kami tentu saja menyambut baik sikap ini dan mengucapkan selamat kepada Presiden AS yang terpilih atas pelantikannya,” tambahnya.
Lebih lanjut, Putin menegaskan bahwa ia menginginkan perdamaian jangka panjang dengan Ukraina dan AS. Menurutnya, hal tersebut dapat terjadi jika semua pihak mau menghormati kepentingan bangsa-bangsa lain yang ada di kawasan.
“Mengenai penyelesaian situasi (di Ukraina) itu sendiri, saya ingin menekankan bahwa tujuannya bukanlah gencatan senjata singkat, bukan semacam masa jeda yang memungkinkan pengelompokan kembali dan persenjataan kembali pasukan, tetapi perdamaian jangka panjang yang didasarkan pada penghormatan terhadap kepentingan sah semua orang dan semua bangsa yang tinggal di kawasan itu,” tambahnya.
Sebelum menjabat sebagai Presiden, Trump merupakan kritikus mantan Presiden AS Joe Biden atas kebijakan Washington yang membantu Ukraina dalam perangnya bersama Rusia. Ia berulang kali menyebutkan bahwa hal ini hanyalah merugikan AS, dengan dana besar yang terus digelontorkan agar Kyiv mampu mempertahankan kedaulatannya yang diambil Moskow.
Di sisi lain, Trump mengaku mengagumi Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia menyebut Putin sebagai figur yang sangat cerdas dan berbeda jauh dengan Biden, yang dianggapnya mengambil sejumlah kebijakan yang cacat dalam perang.
Sesaat dilantik menjadi Presiden AS, Trump telah berjanji untuk menyelesaikan konflik ini dalam waktu satu kali dua puluh empat jam. Meski begitu, belum ada pernyataan resmi dari pihaknya terkait bagaimana akan menyelesaikan konflik berdarah yang terjadi sejak Februari 2022 itu.
Sementara itu, di sisi lain, niatan Trump ini sebelumnya telah ditanggapi Moskow via Menteri Luar Negerinya, Sergei Lavrov. Menurutnya, Rusia memuji niat Trump dan anggota pemerintahannya untuk upaya mengatasi akar penyebab konflik Ukraina. Menurutnya, ini merupakan sesuatu yang perlu dipuji.
“Fakta bahwa situasi nyata di lapangan kini lebih sering disebutkan patut dipuji. Pernyataan Trump secara efektif merupakan pertama kalinya seorang pemimpin besar Barat secara jujur mengakui bahwa NATO telah berulang kali berbohong saat menandatangani berbagai dokumen dengan Moskow untuk terus memperluas wilayah ke perbatasan Rusia,” pungkasnya.
Lebih lanjut, Lavrov menilai bahwa pihaknya belum menerima proposal konkret dari Trump terkait perdamaian Rusia-Ukraina. Namun, pihaknya terus terbuka untuk berkomunikasi menuju perdamaian.
“Meskipun Rusia belum menerima inisiatif khusus apa pun dari pihak Amerika, Rusia akan terbuka untuk mempelajari setiap proposal guna menyelesaikan konflik setelah Trump menjabat akhir bulan ini,” tandasnya.